INTERAKSIONISME
SIMBOLIK
Pragmatisme adalah pemikiran filsafat yang meliputi
bnyak hal. Ada aspek pragmatisme yang mempengaruhi orientasi sosiologis yang
dikembangkan oleh mead. Ada tiga hal penting bagi interaksionisme simbolik: (1)
memusatkan perhatian pada interaksi antara actor dan dunia nyata, (2) memandang
baik actor maupun dunia nyata sebagai proses dinamis dan bukan sebagai struktur
yang statis, (3) dan arti penting yang dihubungkan kepada kemampuan actor untuk
menafsirkan kehidupan sosial.
Poin terakhir adalah yang paling menonjol dalam
karya filosof pragmatis John Dewey. Dewey tak membayangkan sebagai proses
berpikir yang meliputi serentetan tahapan. Tahapan proses berpikir itu mencakup
pendefinisian objek dalam dunia sosial, melukiskan kemungkinan cara bertindak,
membayangkan kemungkinan akibat dari bertindak, menghilangkan kemungkinan yang
tak dapat dipercaya dan memilih cara bertindak yang optimal. Pemusatan
perhatian pada proses berpikir ini sangat berpengaruh dalam perkembangan
interaksionisme simbolik.
Lewis dan smith menafsirkan bahwa mead dipengaruhi
oleh behaviorisme psikologis.sebuah perspektif yang juga membawanya kearah
realis dan empiris. Mead sebenarnya menyebut basis pemikirannya sebagai
behaviorisme sosial untuk membedakannya dari behaviorisme radikal dari John. B.
Watson. Behaviorisme radikal Watson memusatkan perhatian pada perilaku
individual yang dapat diamati. Sasaran perhatiannya adalah pada stimuli atau
perilaku yang mendatangkan respon.
Menurut pandangan Mead, dalam upaya menerangkan
pengalaman sosial, psikologi sosial tradisional memulainya dengan psikologi
individual; sebaliknya Mead selalu memberikan prioritas pada kehidupan sosial
dalam memahami pengalaman sosial. Menurut Mead, keseluruhan sosial mendahului
pemikiran individual baik secara logika maupun temporer. Individu yang berpikir
dan sadar diri adalah mustahil secara logika menurt teori Mead tanpa didahului
adanya kelompok sosial. Kelompok sosial muncul lebih dulu, dan kelompok sosial
menghasilkan perkembangan keadaan mental kesadaran diri.
Mead mengidentifikasi empat basis dan tahap tindakan
yang saling berhubungan. Keempat tahap itu mencerminkan satu kesatuan organic
dengan kata lain saling berhubungan secara dialektis. Impuls tahap pertama adalah dorongan hati/impuls yang meliputi “stimulasi/rangsangan
spontan yang berhubungan dengan alat-alat indera” dan reaksi actor terhadap
rangsangan, kebutuhan untuk melakukan sesuatu rangsangan itu. Rasa lapar adalah
contoh yang tepat dari impuls . Aktor (binatang maupun manusia) secara spontan
dan tanpa piker memberikan reaksi atas impuls.
Persepsi.
Tahap
kedua adalah persepsi. Persepsi melibatkan rangsangan yang baru masuk maupun
citra mental yang ditimbulkannya. Aktor tidak secara spontan menanggapi stimuli
dari luar, tetapi memikirkannya sebentar dan menilainya melalui bayangan
mental.Aktor biasanya berhadapan dengan banyak rangsangan yang berbeda dan
mereka mempunyai kapasitas untuk memilih yang mana perlu diperhatikan dan yang
mana perlu diabaikan.
Manipulasi.
Tahap
ketiga adalah manipulasi. Tahapa manipulasi merupakan jeda yang penting dalam
proses tindakan agar tanggapan tak diwujudkan secara spontan. Seorang manusia
yang lapar melihat cendawan, tetapi memakannya ia mungkin mula-mula
memungutnya, menelitinya, mungkin memeriksanya lewat buku petunjuk untuk
melihat apakah jenis cendawan itu boleh dimakan. Sebaliknya, binatang mungkin
langsung memakan cendawan itu tanpa perlakuan memeriksanya.
Konsumsi.
Tahap
keempat tindakan adalah tahap pelaksanaan/ konsumsi, atau mengambil tindakan
yang memuaskan dorongan hati yang sebenarnya. Menurut Mead, gerak atau sikap
isyarat adalah mekanisme dasar dalam tindakan sosial dan dalam proses sosial
yang lebih umum. Menurut definisi Mead, gesture adalah gerakan organisme
pertama yang bertindak sebagai rangsangan khusus yang menimbulkan tanggapan
(secara sosial) yang tepat dari organisme kedua”. Baik binatang maupun manusia,
mampu membuat isyarat dalam arti bahwa tindakan seorang individu tanpa piker
dan secara otomatis mendapatkan reaksi dari individu lain.
Simbol-Simbol Signifikan
Isyarat menjadi simbol signifikan bila muncul dari
individu yang membuat simbol-simbol itu sama dengan sejenis tanggapan (tetapi
tak selalu sama) yang diperoleh dari orang yang menjadi sasaran isyarat. Kumpulan
isyarat suara yang paling mungkin menjadi simbol yang significant adalah
bahasa:” simbol yang menjawab makna yang dialami individu pertama dan yang
mencari makna dalam individu kedua. Isyarat suara yang mencapai situasi seperti
itulah yang dapat menjadi bahasa. Kini ia menjadi simbol signifikan dan
memberitahukan makna tertentu. Fungsi isyarat adalah menciptakan peluang
diantara individu yang terlibat dalam tindakan sosial tertentu dengan mengacu
pada objek atau objek-objek yangmenjadi sasaran tindakan itu.
Pikiran (Mind)
Pikiran yang didefinisikan Mead
sebagau proses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan di
dalam diri individu. Pikiran adalah fenomena sosial. Karakteristik istemewa
dari pikiran adalah kemampuan individu untuk memunculkan dalam dirinya sendiri
tidak hanya satu respon saja, tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan.
Itulah yang kita namakan pikiran. Mead juga melihat pikiran secara pragmatis.
Yakni, pikiran melibatkan proses berpikir yang mengarah pada penyelesaian
masalah. Dunia nyata penuh dengan masalah dan fungsi pikiranlah untuk mencoba
menyelesaikan masalah dan memungkinkan orang beroperasi lebih efektif dalam
kehidupan.
Diri (Self)
Pada dasarnya diri adalah kemampuan
untuk menerim diri sendiri sebagai sebuah objek. Diri adalah kemampuan khusus
untuk menjadi subjek maupun objek. Diri berhubungan secara dialektis dengan
pikiran. Artinya di satu pihak Mead menyatakan bahwa tubuh bukanlah diri dan baru akan menjadi diri
apabila pikiran telah berkembang.
Masyarakat
Pada
tingkat paling umum Mead mengggunakan istilah masyarakat (society) yang berarti
proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Masyarakat penting
perannya dalam membentuk pikiran dan diri. Menurut Mead, masyarakat
mencerminkan sekumpulan tanggapan terorganisir yang diambil alih oleh individu
dalam bentuk aku (me). Menurut pengertian individual ini masyarakat
mempengaruhi mereka, memberi mereka kemampuan melalui kritik diri, untuk
mengendalikan diri mereka sendiri.
Interaksionisme simbolik:
Prinsip-prinsip Dasar
- Kapasitas Berpikir
Kemampuan berpikir memungkinkan
manusia bertindak dengan pemikiran ketimbang hanya berprilaku dengan tanpa
pemikiran. Manusia pasti sering kali membangun dan membimbing apa-apa yang
mereka lakukan ketimbang melepaskannya begitu saja. Kemampuan untuk berpikir
tersimpan dalam pikiran, tetapi teoritisi interaksionisme simbolik mempunyai
konsep yang agak luar biasa mengenai pikiran yang menurut mereka berasal dari
sosialisasi kesadaran.
- Berpikir dan berinteraksi
Semua jenis interaksi tak hanya
selama sosialisasi, memperbesar kemampuan kita untuk berpikir. Lebih dari itu,
pemikiran membentuk proses interaksi. Dalam kebanyakan interaksi, actor harus
memperhatikan orang lain dan menentukan kapan dan bagaiman cara menyesuaikan
aktivitasnya terhadap orang lain.
- Pembelajaran makna dan simbol
Manusia membepajari simbol dan
makna di dalam interaksi sosial. Manusia menanggapi tanda-tanda dengan
berpikir. Sebaliknya, mereka menanggapi simbol dengan cara berpikir. Simbol
adalah aspek penting yang memungkinkan orang bertindak menurut cara-cara yang
khas dilakukan manusi.
- Aksi dan interaksi
Pada interaksi sosial manusia (yang melibatkan dua orang
actor atau lebih yang terlibat dalam tindakan sosial timbal balik). Tindakan
sosial adalah tindakan dimana individu bertindak dengan orang lain dalam
pikiran. Dalam interaksi sosial, para actor terlibat dalam proses saling
mempengaruhi.
- Membuat pilihan
Kemampuan menggunakan arti dan
simbol itulah maka manusia dapat membuat pilihan tindakan dimana mereka
terlibat. Orang tak harus menyetujui arti dan simbol yang dipaksakan terhadap
mereka. Berdasarkan penafsiran mereka sendiri, manusia mampu membentuk arti
baru dan deretan arti baru terhadad situasi.
- Tentang diri dan karya Erving Goffman
Diri (self) atau kedirian adalah
konsep yang sangat penting bagi teoritisi interaksionisme simbolik. Rock
menyatakan bahwa “ diri merupakan skema intelektual interaksionisme simbolik
yang sangat penting. Karya Erving Goffman. Karya terpenting tentang diri dalam
interaksionisme simbolik adalah presentation
of self in everyday life. Konsep diri Goffman sangat dipengaruhi oleh
pemikiran Mead, khususnya dalam diskusinya mengenai ketegangan antara diri
spontan, “I” dan “Me”, diri yang dibatasi oleh kehidupan sosial.
Pengelolaan
Kesan , mengarah pada kehati-hatian terhadap serentetan tindakan yang tak
diharapkan, seperti gerak isyarat yang tak diharapkan, gangguan yang tak
menguntungkan dan kesalah bicara atau bertindak maupun tindakan yang diharapkan
seperti membuat adegan.
Role Distance, menerangkan
derajat pemisahan antara diri individu dengan peran yang diharapkan
dimainkannya. Misalnya bila anak-anak lebih tua menaiki komedi putar,
kemungkinan mereka menyadari bahwa mereka benar-benar terlalu tua untuk
menikmati pengalaman demikian.
Stigma, kebanyakan
teks dari stigma memusatkan perhatian pada orang yang mempunyai stigma nyata,
dan sangat aneh (misalnya, kehilangan hidung).
Analisis Kerangka, Goffman
bergeser jauh dari akar interaksionisme simbolik klasik dan mengarah ke studi
struktur kehidupan sosial berskala kecil. Kerangka penafsiran yang memungkinkan
individu menempatkan, merasakan mengenali dan menamai kejadian-kejadian dalam
kehidupan mereka dan dunia pada umumnya.
Kelompok dan masyarakat, masyarakat
tidak tersusun dari struktur makro. Esensi terdapat masyarakat terdapat pada
aktor dan tindakan: “ masyarakat terdiri dari manusia yang bertindak, dan
kehidupan masyarakat dapat dilihat sbegai terdiri dari tindakan mereka.
Masyarakat adalah manusia adalah tindakan kehidupan kelompok adalah kompleks
aktivitas tanpa henti.
Kritik
Setelah
menganalisis gagasan interaksionisme simbolik, terutama gagasan Mead, Blumer,
dan Goffman dari aliran Chicago, kini kita akan mengemukakan beberapa kritik
utama yang ditujukan terhadap perspektif ini.
Pertama,
aliran utama interaksionisme simbolik dituduh terlalu mudah membuang teknik
ilmiah konvensional. Eugene Weinstein dan Judith Tanur dengan tepat menyatakan
hal ini :” hanya karena kadar kesadaran itu kualitatif, tak berarti
pengungkapan keluarnya tak dapat dikodekan, diklasifikasi, atau bahkan
dihitung.
Kedua, M. Kuhn, W. Kolb,
B.Meltzer, J. Petras dan L. Reynolds, dan banyak lagi yang lainnya mengkritik
ketidakjelasan konspe-konsep esensial Meadian seperti: pikiran, diri, I dan me.
Lebih umum lagi, Kuhn berbicara tentang ambiguitas dan kontradiksi dalam Mead.
Di luar teori Meadian, mereka mengkritik berbagai konsep dasar teoritisi
interaksionisme simbolik yang dinilai keliru, tidak tepat, dank arena itu tak
mampu menyediakan basis yang kuat untuk membangun teori dan riset.
Ketiga, interaksionisme
simbolik dikritik karena meremehkan atau mengabaikan peran struktur berskala
luas. Kritik ini diekspresikan dengan berbagai cara. Misalnya, Weinstain dan
Tanur mengatakan bahwa interaksionisme simbolik mengabaikan keterkaitan dari
hasil-hasil: “ adalah hasil-hasil agregat yang membentuk keterkaitan diantara
episode-episode interaksi yang merupakan perhatian dari sosiologi melalui
sosiologi.
Keempat, menyatakan
bahwa interaksionisme simbolik tak cukup mikroskopik, mengabaikan peran penting
factor seperti ketidaksadaran dan emosi.
Begitu pula, interaksionisme simbolik dikritik karena mengabaikan peran penting
factor psikologis seperti kebutuhan, motif, tujuan, dan aspirasi.
Mengenai akar
interaksionisme simbolik dalam filsafat pragmatis (karya John Dewey) dan
behaviorisme psikologis (karya John B. Watson). Interaksionisme simbolik
dikembangkan di universitas Chicago di tahun 1920-an dari pertemuan pengaruh
pragmatism, behaviorisme, dan pengaruh lain seperti sosiologi simmelian.
Interaksionisme simbolik dibangun bertolak
belakang dengan teori reduksionisme behaviorisme psikologis dan determinisme
structural dari teori sosiologi yang lebih berorientasi makro, seperti
fungsionalisme structural. Orientasi khususnya adalah mengarah pada kapasitas
mental actor dan hubungannya dengan tindakan dan interaksi. Semuanya ini
dipahami dari sudut proses, ada kecenderungan melihat actor dipaksa oleh
keadaan psikologis internal atau oleh kekuatan structural berskala luas.
Teori
terpenting dalam interaksionisme simbolik adalah teori George.H Mead. Pada
dasarnya teori Mead menyetujui keunggulan dan keutamaan dunia sosial. Artinya,
dari dunia sosial itulah muncul kesadaran, pikiran, diri, dan seterusnya. Unit
paling mendasar dalam teori sosial Mead adalah
tindakan, yang meliputi empat tahap yang berhubungan secara dialektis,
yakni : impuls, persepsi, manipulasi, dan konsumsi. Tindakan sosial melibatkan
dua orang atau lenih dan mekanisme dasar tindakan sosial adalah isyarat.
Binatang dan manusia mampu melakukan percakapan dengan isyarat, namun hanya
manusia yang dapat mengkomunikasi arti gerak isyarat mereka secara sadar. Manusia mempunyai kemampuan istimewa untuk
menciptakan isyarat yang berhubungan dengan suara, dan kemampuan ini
menimbulkan kemampuan khusus untuk berkomunikasi satu sama lain dalam artian
sesungguhnya. Simbol signifikan juga membukakan peluang untuk berfikir maupun
berinteraksi dengan simbol-simbol.
Mead
melihat untaian proses mental sebagai bagian proses sosial lebih luas yang
meliputi intelegensi reflektif, kesadaran, kesan mental, arti, dan yang paling
umum, pikiran. Manusia mempunyai kapasitas khusus untuk melakukan percakapan
batin dengan diri sendiri. Seluruh proses mental itu menurut Mead bukan
terletak di dalam otak melainkan di dalam proses sosial.
Diri
adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai objek. Sekali lagi, diri
muncul di dalam proses sosial.Mekanisme umum diri adalah kemampuan manusia
menempatkan diri sendiri dalam kedudukan sebagai orang lain, bertindak
sebagaimana orang lain bertindak dan melihat diri sendiri seperti orang lain
melihat diri mereka sendiri. Mead menurut asal usul melalui tahap bermain-main
(playing), dan permainan (game) masa kanak-kanak. Yang sangat penting dalam
tahap permainan itu adalah munculnya kemampuan menggeneralisasi orang lain.
Kemampuan untuk memandang diri sendiri dari sudut pandang komunitas adalah
sangat penting untuk kemunculan diri maupun kemunculan aktivitas kelompok yang
terorganisir. Diri juga terdiri dari dua tahap “I” yakni aspek kreatif yang tak
dapat diprediksi dari diri, dan “Me” yakni sekumpulan sikap terorganisir orang
lain yang diambil oleh ator. Kontrol sosial terwujud melalui “me” Sedangkan “I”
adalah sumber inovasi masyarakat. Mead sedikit sekali berbicara tentang,
masyarakat, yang ia pandang secara sangat umum sebagai sebagai proses sosial
tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar